Oleh: Dr. Jurianto,S.Pd.I.,M.Hum (Penulis adalah Pustakawan Ahli Madya IAIN CURUP)
BENGKULU, Siberkreatif.com – Provinsi Bengkulu patut berbangga. Di tengah dinamika perkembangan dunia informasi dan teknologi yang kian pesat, provinsi ini kini memiliki tiga pustakawan bergelar doktor yang menjadi simbol kemajuan sumber daya manusia di bidang kepustakawanan.
Ketiga pustakawan tersebut adalah Dr. Syahril, M.Ag., Dr. Sutriono, S.Pd.I., S.IPI., M.Pd.I., dan Dr. Jurianto, S.Pd.I., M.Hum. Ketiganya merupakan pustakawan ahli madya yang telah lama mengabdi dan berperan penting dalam pengembangan literasi, layanan informasi, serta transformasi perpustakaan di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam di Bengkulu.
Dengan capaian akademik tertinggi di bidang masing-masing, mereka tidak hanya memperkuat posisi profesi pustakawan di ranah akademik, tetapi juga menjadi inspirasi bagi rekan sejawat dan mahasiswa untuk terus mengembangkan diri dalam menghadapi tantangan era digital dan kecerdasan buatan.
Salah satu tokoh yang patut mendapat perhatian adalah Dr. Syahril, M.Ag., Pustakawan Ahli Madya di UIN Fatmawati Soekarno Bengkulu. Beliau dikenal luas sebagai sosok yang tekun dan berdedikasi tinggi dalam mengembangkan pelayanan perpustakaan yang berbasis nilai-nilai keislaman dan akademik.
Dengan latar belakang pendidikan agama dan pengalaman panjang dalam pengelolaan informasi, Dr. Syahril aktif mendorong transformasi digital di lingkungan perpustakaan UIN FAS Bengkulu.
Ia memandang bahwa pustakawan masa kini harus lebih dari sekadar pengelola koleksi; pustakawan harus menjadi fasilitator literasi, mediator informasi, dan mitra akademik yang mampu menuntun mahasiswa serta dosen dalam menemukan, menilai, dan memanfaatkan sumber informasi yang kredibel.
Di bawah kepemimpinannya, perpustakaan kampus semakin aktif dalam kegiatan literasi informasi, pelatihan sitasi ilmiah, serta penguatan repositori institusi yang mendukung produktivitas riset sivitas akademika. Dr. Syahril saat ini juga tercatat sebagai Ketua Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) wilayah Bengkulu.
Sementara itu, Dr. Sutriono, S.Pd.I., S.IPI., M.Pd.I., yang juga berstatus sebagai Pustakawan Ahli Madya di UIN Fatmawati Soekarno Bengkulu, telah lama dikenal sebagai sosok inovatif dalam mengembangkan sistem layanan informasi berbasis teknologi. Latar belakang multidisipliner yang dimilikinya—meliputi pendidikan Islam, ilmu perpustakaan, dan pendidikan Islam pascasarjana—menjadikannya figur pustakawan yang berpikir luas dan mampu menjembatani kebutuhan antara dunia akademik, teknologi, dan nilai-nilai spiritual. Dr. Sutriono aktif menulis dan membimbing mahasiswa dalam bidang literasi digital serta pemanfaatan sumber daya elektronik.
Dalam beberapa tahun terakhir, ia turut mempelopori kegiatan workshop dan diklat kepustakawanan, pelatihan manajemen referensi, serta advokasi peran pustakawan dalam riset ilmiah di perguruan tinggi.
Visi yang diusungnya jelas: menjadikan pustakawan sebagai garda terdepan dalam mendukung Tri Dharma Perguruan Tinggi—pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat—melalui layanan informasi yang berkualitas dan berkelanjutan. Dr. Sutriono pernah menjabat sebagai Ketua Ikatan Pustakawan Propinsi Bengkulu selama 2 periode 2017 – 2023.
Tokoh ketiga yang melengkapi daftar Pustakawan bergelar Doktor di Provinsi Bengkulu adalah Dr. Jurianto, S.Pd.I., M.Hum., Pustakawan Ahli Madya dari IAIN Curup. Promosi doktor terbukanya dilaksanakan pada 16 Oktober 2025, sebuah momentum bersejarah tidak hanya bagi dirinya pribadi tetapi juga bagi dunia kepustakawanan di Bengkulu.
Disertasinya berjudul “Pengembangan Paket Pembelajaran Literasi Informasi bagi Mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam”, mengusung gagasan besar tentang pentingnya pembelajaran literasi informasi yang sistematis di perguruan tinggi keagamaan Islam.
Dengan memadukan model pengembangan instruksional Dick and Carey dan model literasi informasi BIG6, Dr. Jurianto menegaskan bahwa literasi informasi bukan sekadar kemampuan teknis dalam mencari data, tetapi juga merupakan keterampilan berpikir kritis, etis, dan reflektif dalam memanfaatkan informasi di tengah arus disrupsi digital dan kecerdasan buatan. Ia menilai bahwa pustakawan harus mengambil peran strategis dalam membangun kemampuan literasi mahasiswa agar mampu menavigasi informasi yang kian melimpah di era modern. Capaian akademiknya menjadi bukti bahwa pustakawan memiliki ruang besar untuk berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan tinggi. Saat ini beliau tercatat sebagai Ketua IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia) Kabupaten Rejang Lebong.
Kehadiran tiga pustakawan bergelar doktor ini menjadi penanda meningkatnya kualitas profesionalisme pustakawan di Bengkulu, sekaligus menjadi inspirasi nasional bahwa profesi pustakawan dapat sejajar dengan profesi akademik lainnya.
Dalam konteks transformasi perpustakaan modern, ketiganya menunjukkan bahwa peran pustakawan tidak lagi terbatas pada pengelolaan koleksi buku, tetapi meluas ke ranah pembelajaran, penelitian, dan inovasi digital. Mereka merupakan representasi pustakawan masa depan yang berorientasi pada perubahan, berjiwa pembelajar, dan memiliki visi kebangsaan yang kuat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemerintah daerah, instansi pendidikan, serta masyarakat akademik diharapkan dapat mendukung kiprah mereka dalam memperkuat budaya baca, memperluas akses informasi, dan menumbuhkan kesadaran literasi di kalangan generasi muda Bengkulu.
Dengan demikian, keberhasilan Dr. Syahril, Dr. Sutriono, dan Dr. Jurianto bukan hanya prestasi personal, tetapi juga tonggak penting dalam sejarah kepustakawanan di Bengkulu. Mereka telah membuktikan bahwa pustakawan memiliki kapasitas intelektual dan kontribusi yang signifikan dalam menggerakkan roda pendidikan tinggi. Di tengah gelombang perubahan global yang ditandai dengan kemajuan teknologi informasi dan kecerdasan buatan, ketiganya tampil sebagai pionir yang mengemban misi mulia: menjadikan perpustakaan sebagai pusat pengetahuan, kreativitas, dan literasi bagi masyarakat akademik. Bengkulu kini boleh berbangga—tiga pustakawan bergelar doktor telah hadir sebagai bukti nyata bahwa ilmu, dedikasi, dan komitmen dapat menjadikan profesi pustakawan sebagai salah satu motor penggerak peradaban informasi di era modern. *(Editor ADITYA,S.Kom.I)*







Komentar